karya: Ayu Fatmalasari
kelas: 9 D
Disebuah sekolah bernama Laxma School, lebih tepatnya di kelas 12 A, terdapat satu kelompok yang berisi empat orang, yaitu: Keenan, Arkan Alice, Alya. Mereka sangat di kenal dengan kepintaran dan kecerdasannya masing masing. Namun, mereka juga langganan guru BK karena sering melakukan pelanggaran di sekolahnya.
”Bolos yok! Sekarang pelajaran Fisika, males gw mikir mulu” ucap Keenan pada teman-temannya
”Mikir? lo aja gak punya otak sok-sokan mikir” ucap Arkan menimpali
”Enak aja lo, gini-gini juga gw sering nyumbangin piala ke sekolah” ucap Keenan membela dirinya
”Sesering-seringnya lo nyumbangin piala, masih seringan gw kali.” ucap Alya dengan sombongnya
”Ampun sepuhh. Saya masih pemula…” ucap Keenan
”Apaansih banyak bacot! Jadi gak ini kita bolosnya?” ucap Alice
”Ya ayok” ucap Alya
”Gas ajalah” dan ini ucapan Keenan
”Bolos kemana?” tanya Arkan
‘Rooftop” jawab Alya
”Gass!” ucap Alice dan Keenan bersama sama
Singkat cerita, merekapun sampai di rooftop sekolah, dan duduk di bangku usang yang berada di tempat tersebut.
”Nanti malam ikut gw yok” ajak Arkan
”Kemana?” tanya Alya
”Biasa.. balapan. Sama anak sekolah sebelah” jelas Arkan
” Udahlah.. Berhenti aja dari kegiatan balap balapan kek gitu” ujar Alice menasehati
”Takut anjir! Takut kecelakaan, tabrakan, atau hal-hal buruk lainnya” ucap Alice
”Nah iyatuh, inget! Hari apes gak ada di kalender” ujar Keenan menimpali
”Alahh, gak bakalan. Gw udah biasa kok” ujar Arkan tetap pada pendiriannya
‘Lagian nih ya, gw ini kuat,kalo kecelakaan kek gitu doang mah kecil. Bokap gw juga masih mampu ngebiayain pengobatan gw kalo gw beneran kecelakaan” sambung Arkan dengan entengnya
”Iyaa dehh, yang penting kita udah nasehatin loh, masalah jalan hidup lo, tetep lo yang nentuin” ucap Keenan
”Dihh, tumben lo bener, kesambet lo ya?” tanya Alya
”Diem lo mumpung gw lagi waras nih” jawab Keenan
Merekapun berbincang ringan mengisi kegabutan mereka.
Tak terasa waktu waktu sudah menunjukan pukul 22:00, kini Arkan sedang bersiap untuk pergi balapan liar bersama teman temannya
Keenan: gimana, jadi gak nih?
Arkan:jadilah, ayok!
Alya:ayolah. gw udah siap juga nih
Alice: gw bawa mobil apa motor?
Arkan, Arkan, Alya: kek biasa! bawa mobil!
Alice:eh busett! bisa barengan kek gitu anjir!
Alya:dahlah! ayo buruan!
Titt
Kurang lebih seperti itulah percakapan mereka di telepon. Mereke semuapun berangkat dengan kendaraannya masing masing. 20 menit berlalu, dan merekapun sudah sampai di tempat balapan tersebut.
”Gimana, langsung nih?” tanya Alice
”Ayolah trobos aja!” jawab Arkan
”Woyy! tim lo udah siap belom?” tanya seorang cowok, sepertinya dia adalah anggota dari Herby (musuhnya Arkan)
”Tim gw udah siap dari tadi kali” ujar Keenan dengan sewotnya
”Oke, sekarang aja kalo gitu” ujar cowok tadi yang bernama Hendra
Merekapun berjalan ke tempat penonton balap. berbeda dengan Arkan, dia berjalan dengan benuntun motornya menuju arena balap
~~~~~~
”Yuuuhuuu”
”Seperti biasa ygy! Tetap Arkan pemenangnya” teriak Keenan dengan hebohnya
”Langsung cabut yok, ngantuk gw, cape. woaam” ucap Alya sambil menguap
wiuwiuwiuwiuwiu
”Polisi anjirr!” teriak Alya
”Kabur cepatt!” sambung Keenan
Mereka semuapun berhamburan kabur dengan secepatnya untuk menyelamatkan diri mereka masing masing
”Al! Bareng gw!” teriak Arkan pada Alya
Mereka berduapun melaju menembus dinginnya malam, dan terjadilah peristiwa kejar-mengejar antara Alya dan Arkan dengan si Polisi yang membawa mobil
”Al! Masuk gang di depan!” teriak Arkan pada Alya setelah menyamaratakan motornya dengan motor Alya. Alya pun hanya mengangguk untuk memberi jawabannya. Tak lama kemudian, merekapun sampai pada gang kecil yang dimaksud, lalu mereka memasuki gang tersebut tanpa mengurangi laju motornya masing masing
”Ar! Awass!!”
BRAKK!!
Karena tidak memerhatikan situasi sekeliling, Arkan menabrak sebuah truk besar yang berpapasan dengannya
~~~~~~
Tit.tit.tit.tit.tit……
Suara monitor menggema di salah satu ruangan rumah sakit Permata Kasih, lebih tepatnya di ruang VVIP NOMOR 14, kiki terbaring seorang lelaki berusia 19 tahun, bersama dengan wanita berusia yang sama sedang menemani si lelaki.
”Ar….”
”Katanya lo kuat, kok malah koma. Katanya Bokap lo masih mampu buat ngebiayain pengobatan lo, kok lo masih terbaring di rumah sakit” ujar Alya dengan mata yang berkaca kaca
”Lo tau nggak sih anjir! Dari dulu tuh gw suka sama lo, masa lo gak sadar sih” ucap Alya dengan panjang lebar
Tiiiiiiiiiiiiiiit……
”ARKAN!”
”Dokter! Arkan Dok!” teriak Alya sambil berlari mencari sang Dokter
Tak lama kemudian, Dokter pun mendatangi ruangan Arkan
”Mbaknya keluar dulu yaa, biar Dokternya memeriksa pasien” ucap salah satu Suster pada Alya
~~~~~~
30 menitpun berlalu…
Ceklek.
”Mbak siapanya pasien, kalo boleh tau?” tanya sorang Dokter
”Saya…. Tunangannya Dok” ucap Alya dengan perlahan
”Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. Pasien yang bernama Arkan Reano Adrean telah berpulang ke pangkuan Tuhan” ucap sang Dokter
”Boleh saya lihat pasien untuk terakhir kalinya Dok?” tanya Alya
”Boleh silahkan” jawab sang Dokter
” Arkan…”
”Lo bullshit! Katanya lo kuat, kok lo nyerah sih! Gw kecewa sama lo. Padahal gw tadi berniat mau ngasih kejutan kalo lo sembuh. Kalo gini endingnya, gimana coba?” ucap Alya dengan deraian air mata
”Oh iya! Sorry ya, gw ngaku tunangan lo ke Dokter, tadi. Soalnya gak ada pilihan lain, disini gak ada orang lain selain gw”
”padahal emang itu yang pengen gw rasain sama lo, jadi tunangan lo, istri lo, intinya gw pengen jadi bagian penting dari hidup lo”
”Sekarang gw ikhlas Ar. Gw nyatain, tanggal 19 bulan juli tahun 2022, gw resmiin jadi hari perpisahan kita yang terakhir kalinya. Setelah ini, kisah kita bareng Keenan dan Alice masanya sudah berakhir” ucap Alya sambil menahan air matanya yang terus mengalir deras.
Tanpa disadari seseorang sedang berdiri di depan pintu masuk, dia adalah ~Keenan~
”Ya Tuhan, padahal gw juga suka sama Alya, ternyata bener apa yang gw bilang tadi sehabis balapan: Pemenangnya tetap Arkan” ucap Keenan yang sedikit bergumam. Keenan pun pergi meninggalkan ruang milik Arkan tanpa masuk ke dalamnya
PERHATIAN: Dimohon untuk tidak meniru suatu apapun yang bersifat negatif di dalam cerpen ini. Ini hanyalah karya fiksi semata